Kata Berita

Santri Kota Banjar Bangkit untuk Negeri

×

Santri Kota Banjar Bangkit untuk Negeri

Sebarkan artikel ini
Santri Kota Banjar Bangkit untuk Negeri

Banjar, katajurnalis.com

Pagi tadi, 22 Oktober 2025, udara di Taman Kota Lapang Bakti terasa teduh. Nampaknya mentari malu menampakkan diri. Santri dari berbagai pesantren di Kota Banjar berdatangan sejak pukul 06.00 WIB. Mereka mengenakan atasan putih dan bawahan hitam. Lapangan makin penuh, tapi suasananya tertib dan hangat. Tidak ada jarak antara pejabat dan santri. Semuanya datang dg semangat yg sama: memperingati Hari Santri Nasional.

Upacara dimulai pukul 08.00 WIB. Lagu Indonesia Raya menggema, lalu doa bersama dipanjatkan. Wakil Wali Kota Banjar, Dr. Supriana, M.Pd., berdiri di mimbar utama. Ia memimpin apel dan membacakan amanat Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Suaranya tenang, tapi tegas. Ia menyampaikan pesan bhw santri bukan hanya penjaga masjis, tapi juga penjaga moral dan nilai bangsa.

Santri sekarang hrs menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan bahasa dunia. Dunia digital bisa menjadi ladang dakwah baru. Pesan itu terasa relevan, apalagi di tengah derasnya perubahan sosial. Saya melihat beberapa santri merekam jalannya upacara dg ponsel mereka. Mungkin mereka paham, dakwah hari ini juga berjalan lewat layar kecil di tangan.

Baca Juga  Hari Santri, Nasionalisme dan Moderasi dari Pondok

Dalam sambutan itu, Menteri Agama juga menyampaikan terima kasih kpd Presiden RI, Prabowo Subianto. Pemerintah memberi perhatian lebih pada pesantren melalui program cek kesehatan gratis dan makan bergizi gratis. Program ini bukan hal simbolik. Di beberapa pesantren, sdh mulai terasa manfaatnya. Santri lbh tercukupi kebutuhan pangannya, kegiatan belajar lbh lancar.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banjar hadir bersama seluruh pejabat dan pegawai. Mereka berdiri di barisan depan bersama para kiai, ustaz, dan tokoh masyarakat. Kebersamaan itu tampak alami, tdk dibuat-buat. Semua orang tahu, hari ini, 22 Oktober, adalah hari yg mencerminkan sejarah panjang hubungan antara negara dan pesantren.

Setelah apel, santri menampilkan seni hadrah, puisi, dan tari Nusantara. Suasana jadi cair. Beberapa pegawai Kemenag turut mendokumentasikan. Saya sempat berbincang dg seorang guru pesantren. Ia bilang, yg penting bukan hanya upacaranya, tapi bgmn semangat Hari Santri bisa terus hidup di ruang belajar.

Wakil Wali Kota menutup acara dg pesan singkat: “Santri adalah wajah masa depan Banjar. Cerdas, berakhlak, dan cinta tanah air.” Kalimat itu sederhana, tapi terasa menancap.

Baca Juga  Bupati Citra Dorong Sinergi Pemerintah Desa dan BPD

Saat upacara usai, para santri berpawai mengelilingi lapangan Taman Kota. Sebagian santri berfoto bersama. Ada yg bercanda, ada yg diam sambil menatap bendera merah putih. Mungkin mereka sedang membayangkan masa depan. Dari tangan mereka, arah bangsa ini memang akan ditulis lagi. Semoga…