Jakarta, katajurnalis.com.
Populasi kucing liar di Jakarta belakangan ini sangat padat. Jika pihak terkait tidak segera turun tangan dengan sterilisasi akan mengakibatkan persoalan lingkungan. Populasi tidak terkendali itu juga akan berdampak buruk bagi kesehatan dan keselamatan kucing-kucing liar. Apalagi sebagian warga menganggap kucing sebagai gangguan, sehingga kucing kerap menjadi korban penganiayaan.
Seiring perkembangan media sosial, banyak muncul akun yang mengkampanyekan kepedulian terhadap kucing liar. Banyak pecinta kucing menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk memberi makan kucing liar di fasilitas umum dan melakukan sterilisasi secara mandiri.
Meskipun pemerintah daerah rutin melakukan sterilisasi kucing liar, namun dianggap belum mampu menjangkau seluruh populasi yang ada. Hal ini tentunya karena keterbatasan dana dan sumber daya pendukungnya.
Saat ini banyak catlover atau pecinta kucing yang mengkhususkan untuk melakukan sterilisasi atau kebiri, karena salah satu cara untuk mendukung kucing sejahtera adalah mengendalikan populasi.
Banyak pula yang rutin memberi makan kucing-kucing liar di fasilitas publik , untuk memastikan mereka cukup mendapat makan dan minum.
Lingkungan Jakarta tidak semua aman bagi para kucing liar. Di area permukiman kerap mereka mendapat perlakuan buruk karena dianggap gangguan. Kematian kucing ditabrak kendaraan, juga masih kerap terjadi.
Kampanye untuk menciptakan lingkungan ramah kucing pun digelar oleh para catlover. Sebagian diantaranya menyisihkan penghasilan untuk steril mandiri lalu kucing tersebut dilepas liarkan kembali.
Selama setahun kucing bisa melahirkan setidaknya tiga hingga empat kali dengan jumlah anak satu hingga enam ekor. jadi terbanyak betapa banyaknya populasi kucing jika tidak dikendalikan. Hal utama adalah bagaimana menciptakan kesadaran warga untuk menganggap kucing bukanlah musuh, namun hidup berdampingan dengan saling mengasihi.
KNK