Ciamis, katajurnalis.com.
Musim kemarau membuat debit sungai Cisepet di Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, Ciamis, surut drastis. Akibatnya pasokan air untuk kebutuhan irigasi lahan pertanian warga menjadi terganggu.
Warga setempat kemudian membuat kincir air dari bambu untuk memasok air dari sungai. Kincir air dari bambu terlihat dibangun di beberapa lokasi salah satunya di Dusun Desa.
Sekretaris Desa, Otong Dadi mengaku, satu kincir air bambu dengan ukuran 4 meter dapat menghabiskan biaya sebesar Rp.1,5 juta. Biaya tersebut dikumpulkan dari beberapa warga setempat. Proses pembuatan kincir air bambu dapat memakan waktu hingga 10 hari.
“Kemarau Panjang membuat air sungai Cisepet ini berkurang dan tidak bisa masuk ke jalur irigasi, oleh sebab itu kami membuat kincir air dari bambu,” ucap Sekretaris Desa Kertaharja, Otong Dadi kepada katajurnalis.com, Rabu (4/9/2024).
Otong mengaku, satu kincir air ini dapat mengaliri area sawah seluas 4.900 meter atau 350 bata. Petani setempat menyebut, bila tidak dibantu pasokan air dari kincir air, sawah mereka dipastikan gagal panen. Di wilayah Kertaharja, sedikitnya terdapat enam kincir air untuk kebutuhan irigasi.
Warga berharap, musim kemarau bisa cepat berlalu agar lahan pertanian mereka bisa terjamin panen. Selain untuk kebutuhan pengairan sawah, kincir itu juga memasok air untuk kolam ikan milik warga.
Beberapa kolam warga diketahui sempat telat panen lantaran banyak ikan mereka yang sulit berkembang akibat pasokan air berkurang.
Aditya TW